Khutbah Kemerdekaan dan Ramadhan
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى فى القرآن الكريم اَعُوْذُبِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Kaum Muslimin Yang di
rahmati Allah SWT
Marilah kita
selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT atas karunia rahmat yang
telah kita terima. Dari sekian banyak nikmat dari Allah SWT yang tak terhitung
jumlahnya, salah satu nikmat dan rahmat dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia adalah kemerdekaan. Hal ini merupakan nikmat yang
tidak bisa diukur dengan harta benda. Banyak orang yang bersedia mengorbankan
apapun demi mendapatkan hak untuk merdeka.
Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan
sumbangan para Ulama, peran dan sumbangan para pahlawan serta umat Islam begitu
besar dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah dan meraih
kemerdekaan. Perjuangan tersebut harus senantiasa dijadikan suatu semangat
untuk mengukir prestasi, Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk
meneladani perjuangan para ulama’ dan pahlawan negeri ini, meneruskan
perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas
dalam segala arti dan bentuknya.
Dengan
kemerdekaan kita bisa lebih maju, kita bisa melakukan apapun untuk peningkatan
kualitas, sarana dan prasarana ibadah kita. Dengan modal kemerdekaan ini kita
bisa menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, dengan hakikat kemerdekaan kita bisa
menjunjung tinggi pendidikan. Maka tanggal 17 Agustus hari ini merupakan hari yang
sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia,
pada hari ini segenap komponen bangsa merayakan kemenangan dan kemerdekaan.
Sangat wajar, jika kemenangan ini disambut dengan luapan kegembiraan yang gegap
gempita, seraya mengumandangkan kalimat tahmid, memuji dan mensyukuri karunia
Allah yang terbesar bagi bangsa ini.
Bagi umat
Islam, anugerah kemerdekaan ini selayaknya dijadikan momentum untuk mengasah
dan menghidupkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan mendayagunakan semua
nikmat tersebut kearah tujuan penciptaan manusia, sesuai dengan definisi syukur
yang didefinisikan oleh para Ulama “As
Syukru huwa sorful abdijamii’a ma amanallaahu ilaa maa khuliqo liajrihi“
syukur merupakan segala bentuk
aktivitas seorang hamba dalam rangka mendayagunakan semua nikmat yang Allah
berikan kepadanya menuju tujuan manusia itu diciptakan yaitu beribadah kepada
Allah swt “.
Berkaitan dengan nikmat kemerdekaan, ada 3 cara
untuk mensyukurinya:
1. Dengan hati. Kita mesti yakini bahwa kemerdekaan didapat berkat rahmat dan pertolongan ALLOH SWT. Bukan hadiah dari penjajah.
2. Dengan lisan. Syukur jenis ini dengan mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah). Syukur ini tidak saja dilakukan pada saat mendapat nikmat kemerdekaan, tapi setiap kali mendapat nikmat dan berkah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dengan anggota badan. Di sini, kita mesti memanfaatkan kemerdekaan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah.swt, Mengisi kemerdekaan dengan melakukan amalan-amalan sholeh yang mendatangkan rahmat Allah swt. Tidak hanya sekedar memeriahkan dalam memperingatinya dihari ini saja.
Hadirin sidang jama’ah jumat rahimakumullah.
Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, Tidak
kurang dari 580 tahun terjadi penjajahan akidah. Bukan hanya akidah yang
dijajah, tempatnya pun juga dijajah. Ka'bah yang digunakan untuk ibadah haji
(mentauhidkan Allah) diambil alih dan digunakan oleh orang-orang Arab jahiliyah
dengan model ibadah yang penuh dengan kemusyrikan. Ka’bah dipenuhi dengan patung-patung
berhala.
Untuk
membebaskan Masjidil Haram dari berhala, Allah mengutus Nabi Muhammad. Dengan Firman-Nya :

“Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali
Imran: 164)
Diutusnya
Rasulullah SAW dalam usia 40 tahun untuk membebaskan Masjidil Haram tidaklah
mudah. Selama 13 tahun Rasulullah berada di kota Makkah menyaksikan
patung-patung kemusyrikan memenuhi Ka’bah. Rasul pun hijrah ke madinah menyusun
kekuatan.
Pada tahun ke-8 H turunlah perintah Allah
untuk merebut Masjidil Haram dan ka'bah. Berangkatlah Rasulullah beserta 10.000
tentara, Lewat tengah malam Makkah dikepung dari segala arah dengan obor
dinyalakan. Melihat obor yang begitu banyak, Abu Sufyan pemimpin orang musyrik
waktu itu merasa tak mungkin dapat melawan pasukan Islam.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 H dengan tanpa
perlawanan, Rasulullah SAW bersama tentaranya
menaklukkan Makkah, merdekalah Masjidil Haram dari tangan orang musyrik.
Kendati demikian akidah belumlah merdeka karena orang-orang musyrik masih bebas
menyembah berhala di dalamnya.
Tahun ke-9 H merupakan akhir dari peribadahan orang musyrik di Masjidil
Haram. Atas perintah Nabi, Ali bin Abi Thalib membacakan pengumuman tentang
kemerdekaan akidah, “Mulai tahun ini orang musyrik sudah tidak boleh lagi melaksanakan
jenis peribadahan di Masjidil Haram.” Merdekalah akidah pada tahun ke-9
H. Lalu masuk Islamlah orang-orang dengan berduyun-duyun. Dengan demikian
perjalanan akidah Islam tidaklah mulus tapi penuh dengan rintangan.
Pada tahun ke-10 H (tahun wafatnya Rasulllah) beliau menerima wahyu, yang berisikan apa yang
mesti dilakukan setelah merdeka.
إذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ وَالْفَتْحُ , وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ
أَفْوَاجًا , فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا )النصر 1-3)
“Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Qs.
An-Nashr [110]:3)
Ketika kemerdekaan telah diraih, Allah memerintahkan untuk bertasbih, memuji Allah, beristighfar, dan bertaubat sebab tidak menutup kemungkinan selama memperjuangkan kemerdekaan banyak menyakiti orang, banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari
nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan
dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (Qs. An-Nahl [16]:112)
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang benar di dalam mengsyukuri
segala ni'mat yang Allah berikan kepada kita.
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan
Allah
Disamping momentum Kemerdekaan
diatas ada lagi satu moment yang harus jadi perhatian kita semua umat Islam yaitu
kita sudah masuk di hari-hari akhir ramadhan, yang dalam hitungan tidak lebih
dari 2 hari lagi ramadhan akan meninggalkan kita, Menjauh dari keseharian kita.
Oleh karena itu hendaklah kita melakukan introspeksi diri, apa yang telah ktia
lakukan di bulan yang penuh berkah ini? Sudah ikhlaskah kita dalam beribadah
pada bulan yang suci ini dengan maksimal? Marilah kita tanya diri kita, apakah
kita telah membawa pahala atau kita meninggalkan bulan Ramadhan dengan tangan
hampa tanpa pahala ? Atau bahkan sebaliknya kita tinggalkan bulan inidengan
berlumuran dosa?
Pengakuan tentang pentingnya
sesuatu itu kebanyakan baru muncul pada saat sesuatu itu telah tiada. Ketika
sesuatu itu telah berpisah dari kita, biasanya baru terasa ada perasaan
kehilangan. Begitu juga halnya dengan nilai pentingnya bulan Ramadlan. Rasa
penyesalan dan kehilangan baru muncul manakala Ramadlan telah purna.
Barang siapa yang telah banyak
melakukan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah Ta’ala. Dan berharap
agar Allah Ta’ala berkenan menerima amal ibadah yang dia lakukan dan hendaklah
dia istiqamah sampai ajal tiba. Sedangkan orang yang lalai, yang telah
membiarkan Ramadhan lewat begitu saja tanpa kesungguhan dalam beribadah di
dalamnya, maka hendaklah dia bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang
sungguh-sungguh. Bersegeralah untuk bertaubat sebelum semuanya terlambat!
Tutuplah lembaran-lembaran bulan Ramadhan ini dengan kebaikan dan amal shalih.
Perbanyaklah bekal menuju akhirat dengan takwa kepada Allah Ta’ala. Rasulullah bersabda :
“Orang yang cerdas adalah insan
yang mengekang nafsunya dan beramal untuk (bekal) setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan.” (At-Tirmidzi
dan Ibnu Majah, didha’ifkan oleh al-Albani)
Jama’ah jumat yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala.
Meski Ramadhan akan segera
berlalu, bukan berarti kesempatan beramal sudah habis, masih ada beberapa
ibadah yang disyariatkan sebagai penutup amalan seorang hamba di bulan yang mulia
ini. Di antara syari’at itu adalah :
1. Hendaklah kita memperbanyak
istighfar kepada Allah Ta’ala. Istighfar menjadi penutup bagi segala amal
kebaikan. Hikmah mengakhiri amal dengan istighfar yaitu berperan untuk menutupi
kekurangan serta kesalahan dalam amalan sepanjang usia. Karena manusia tidak
akan lepas dari kekurangan dan kesalahan. Hikmah lainnya, agar seorang muslim
tidak tertipu atau silau dengan amal ibadah yang telah dilakukannya. Oleh sebab
itu, disyariatkan beristighfar, memohon ampunan Allah Ta’ala atas kekurangan
ini.
2. Selanjutnya amal shalih yang
bisa dijadikan sebagai penutup bulan yang penuh barakah ini yaitu zakat fithri.
Zakat fitrah merupakan syiar Islam dan kewajiban yang agung. Allah Ta’ala
mewajibkannya atas seluruh kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan,
kecil maupun besar, merdeka maupun budak.
Zakat ini sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan sebagai makanan bagi
orang-orang miskin, agar mereka ikut serta merasakan kebahagiaan di hari raya
Idul Fitri. Zakat ini diambilkan dari makanan pokok daerah setempat. Allah
Ta’ala berfirman :


“Yaitu dari makanan yang biasa
kamu berikan kepada keluargamu.” (Qs al-Maidah/5: 89)
Itulah jenis makanan yang bisa
dijadikan sebagai zakat fithrah. Namun jika ada yang menunaikan zakat fithrahnya
dengan makanan yang lebih bagus kuwalitasnya daripada yang biasa dia konsumsi,
maka itu lebih utama. Allah Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari
padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” (Qs al-Baqarah/ 2:267)
Jama’ah shalat Jum’at yang
dimuliakan oleh Allah Ta’ala
Atas dasar itu, Hendaklah kita
menunaikannya sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tunaikanlah perintah ini sebagaimana mestinya agar menjadi amalan yang diterima
dan bermanfaat bagi si pelaku. Dan semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk
orang-orang yang diterima amalannya.
3. Amalan lain yang disyariatkan
oleh Allah Ta’ala di penghujung bulan ini bertakbir, mengagungkan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Qs al-Baqarah/
2:185)
Takbir disyariatkan apabila telah
terlihat hilal bulan syawal sampai pelaksanaan shalat ied. Takbir ini dilakukan
di masjid-masjid, rumah-rumah dan jalan-jalan sebagaimana yang dilakukan oleh
para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, guna menyebarkan syiar
Islam dan mengagungkan Allah Ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya. Itulah
beberapa amalan yang disyariatkan di akhir bulan yang mulia ini.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan
kita termasuk orang-orang yang bergegas melakukan amal kebaikan yang Allah
Ta’ala syari’atkan kepada kita.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ
بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ،
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى:








Tidak ada komentar:
Posting Komentar