Sabtu, 25 Agustus 2012

khutbah hari kemerdekaan


Khutbah Kemerdekaan dan Ramadhan


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.  اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى فى القرآن الكريم اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Kaum Muslimin Yang di rahmati Allah SWT
Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT atas karunia rahmat yang telah kita terima. Dari sekian banyak nikmat dari Allah SWT  yang tak terhitung jumlahnya, salah satu nikmat dan rahmat dari Allah SWT  yang diberikan kepada manusia adalah kemerdekaan. Hal ini merupakan nikmat yang tidak bisa diukur dengan harta benda. Banyak orang yang bersedia mengorbankan apapun demi mendapatkan hak untuk merdeka.
Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan sumbangan para Ulama, peran dan sumbangan para pahlawan serta umat Islam begitu besar dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah dan meraih kemerdekaan. Perjuangan tersebut harus senantiasa dijadikan suatu semangat untuk mengukir prestasi, Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para ulama’ dan pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya.
Dengan kemerdekaan kita bisa lebih maju, kita bisa melakukan apapun untuk peningkatan kualitas, sarana dan prasarana ibadah kita. Dengan modal kemerdekaan ini kita bisa menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, dengan hakikat kemerdekaan kita bisa menjunjung tinggi pendidikan. Maka tanggal 17 Agustus hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, pada hari ini segenap komponen bangsa merayakan kemenangan dan kemerdekaan. Sangat wajar, jika kemenangan ini disambut dengan luapan kegembiraan yang gegap gempita, seraya mengumandangkan kalimat tahmid, memuji dan mensyukuri karunia Allah yang terbesar bagi bangsa ini.
Bagi umat Islam, anugerah kemerdekaan ini selayaknya dijadikan momentum untuk mengasah dan menghidupkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan mendayagunakan semua nikmat tersebut kearah tujuan penciptaan manusia, sesuai dengan definisi syukur yang didefinisikan oleh para Ulama “As Syukru huwa sorful abdijamii’a ma amanallaahu ilaa maa khuliqo liajrihi“ syukur merupakan segala bentuk aktivitas seorang hamba dalam rangka mendayagunakan semua nikmat yang Allah berikan kepadanya menuju tujuan manusia itu diciptakan yaitu beribadah kepada Allah swt “.

Berkaitan dengan nikmat kemerdekaan, ada 3 cara untuk mensyukurinya:

1.  Dengan hati. Kita mesti yakini bahwa kemerdekaan didapat berkat rahmat dan pertolongan ALLOH SWT. Bukan hadiah dari penjajah.

2. Dengan lisan. Syukur jenis ini dengan  mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah). Syukur ini tidak saja dilakukan pada saat mendapat nikmat kemerdekaan, tapi setiap kali mendapat nikmat dan berkah dalam kehidupan sehari-hari.

3.  Dengan anggota badan. Di sini, kita mesti memanfaatkan kemerdekaan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada  Allah.swt, Mengisi kemerdekaan dengan melakukan amalan-amalan sholeh yang mendatangkan rahmat Allah swt. Tidak hanya sekedar memeriahkan dalam memperingatinya dihari ini saja.

Hadirin sidang jama’ah jumat rahimakumullah.
Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, Tidak kurang dari 580 tahun terjadi penjajahan akidah. Bukan hanya akidah yang dijajah, tempatnya pun juga dijajah. Ka'bah yang digunakan untuk ibadah haji (mentauhidkan Allah) diambil alih dan digunakan oleh orang-orang Arab jahiliyah dengan model ibadah yang penuh dengan kemusyrikan. Ka’bah dipenuhi dengan patung-patung berhala.
Untuk membebaskan Masjidil Haram dari berhala, Allah mengutus Nabi  Muhammad.  Dengan  Firman-Nya :









 “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran: 164)
 Diutusnya Rasulullah SAW dalam usia 40 tahun untuk membebaskan Masjidil Haram tidaklah mudah. Selama 13 tahun Rasulullah berada di kota Makkah menyaksikan patung-patung kemusyrikan memenuhi Ka’bah. Rasul pun hijrah ke madinah menyusun kekuatan.
 Pada tahun ke-8 H turunlah perintah Allah untuk merebut Masjidil Haram dan ka'bah. Berangkatlah Rasulullah beserta 10.000 tentara, Lewat tengah malam Makkah dikepung dari segala arah dengan obor dinyalakan. Melihat obor yang begitu banyak, Abu Sufyan pemimpin orang musyrik waktu itu merasa tak mungkin dapat melawan pasukan Islam.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 H dengan tanpa perlawanan, Rasulullah SAW bersama  tentaranya menaklukkan Makkah, merdekalah Masjidil Haram dari tangan orang musyrik. Kendati demikian akidah belumlah merdeka karena orang-orang musyrik masih bebas menyembah berhala di dalamnya.
           Tahun ke-9 H merupakan akhir dari peribadahan orang musyrik di Masjidil Haram. Atas perintah Nabi, Ali bin Abi Thalib membacakan pengumuman tentang kemerdekaan akidah, “Mulai tahun ini orang musyrik sudah tidak boleh lagi melaksanakan jenis peribadahan di Masjidil Haram.” Merdekalah akidah pada tahun ke-9 H. Lalu masuk Islamlah orang-orang dengan berduyun-duyun. Dengan demikian perjalanan akidah Islam tidaklah mulus tapi penuh dengan rintangan.
          Pada tahun ke-10 H (tahun wafatnya Rasulllah) beliau menerima wahyu, yang berisikan apa yang mesti dilakukan setelah merdeka.

إذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ , وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا , فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا  )النصر 1-3)

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Qs. An-Nashr [110]:3)

Ketika kemerdekaan telah diraih, Allah memerintahkan untuk bertasbih, memuji Allah, beristighfar, dan bertaubat sebab tidak menutup kemungkinan selama memperjuangkan kemerdekaan banyak menyakiti orang, banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Pelajaran yang dapat kita petik dari sejarah Nabi dalam pembebasan Masjidil Haram tersebut adalah mensyukuri kemerdekaan itu hendaknya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berinstropeksi terhadap segala kesalahan dan dosa lalu bertaubat jangan mengulangi kesalahan terlebih menambah kekacauan. Jika mengsyukuri kemerdekaan dengan hura-hura dan dengan kemaksiatan serta dosa, bisa jadi seperti yang pernah dialami kaum mudhor yang digambarkan Allah dalam Alquran:








 “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (Qs. An-Nahl [16]:112)

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang benar di dalam mengsyukuri segala ni'mat yang Allah berikan kepada kita.

Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah
Disamping momentum Kemerdekaan diatas ada lagi satu moment yang harus jadi perhatian kita semua umat Islam yaitu kita sudah masuk di hari-hari akhir ramadhan, yang dalam hitungan tidak lebih dari 2 hari lagi ramadhan akan meninggalkan kita, Menjauh dari keseharian kita. Oleh karena itu hendaklah kita melakukan introspeksi diri, apa yang telah ktia lakukan di bulan yang penuh berkah ini? Sudah ikhlaskah kita dalam beribadah pada bulan yang suci ini dengan maksimal? Marilah kita tanya diri kita, apakah kita telah membawa pahala atau kita meninggalkan bulan Ramadhan dengan tangan hampa tanpa pahala ? Atau bahkan sebaliknya kita tinggalkan bulan inidengan berlumuran dosa?

Pengakuan tentang pentingnya sesuatu itu kebanyakan baru muncul pada saat sesuatu itu telah tiada. Ketika sesuatu itu telah berpisah dari kita, biasanya baru terasa ada perasaan kehilangan. Begitu juga halnya dengan nilai pentingnya bulan Ramadlan. Rasa penyesalan dan kehilangan baru muncul manakala Ramadlan telah purna.

Barang siapa yang telah banyak melakukan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah Ta’ala. Dan berharap agar Allah Ta’ala berkenan menerima amal ibadah yang dia lakukan dan hendaklah dia istiqamah sampai ajal tiba. Sedangkan orang yang lalai, yang telah membiarkan Ramadhan lewat begitu saja tanpa kesungguhan dalam beribadah di dalamnya, maka hendaklah dia bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang sungguh-sungguh. Bersegeralah untuk bertaubat sebelum semuanya terlambat! Tutuplah lembaran-lembaran bulan Ramadhan ini dengan kebaikan dan amal shalih. Perbanyaklah bekal menuju akhirat dengan takwa kepada Allah Ta’ala. Rasulullah bersabda  :

 “Orang yang cerdas adalah insan yang mengekang nafsunya dan beramal untuk (bekal) setelah  kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan.” (At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, didha’ifkan oleh al-Albani)

Jama’ah jumat yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala.
Meski Ramadhan akan segera berlalu, bukan berarti kesempatan beramal sudah habis, masih ada beberapa ibadah yang disyariatkan sebagai penutup amalan seorang hamba di bulan yang mulia ini. Di antara syari’at itu adalah  :
1. Hendaklah kita memperbanyak istighfar kepada Allah Ta’ala. Istighfar menjadi penutup bagi segala amal kebaikan. Hikmah mengakhiri amal dengan istighfar yaitu berperan untuk menutupi kekurangan serta kesalahan dalam amalan sepanjang usia. Karena manusia tidak akan lepas dari kekurangan dan kesalahan. Hikmah lainnya, agar seorang muslim tidak tertipu atau silau dengan amal ibadah yang telah dilakukannya. Oleh sebab itu, disyariatkan beristighfar, memohon ampunan Allah Ta’ala atas kekurangan ini.

2. Selanjutnya amal shalih yang bisa dijadikan sebagai penutup bulan yang penuh barakah ini yaitu zakat fithri. Zakat fitrah merupakan syiar Islam dan kewajiban yang agung. Allah Ta’ala mewajibkannya atas seluruh kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar, merdeka maupun  budak. Zakat ini sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin, agar mereka ikut serta merasakan kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Zakat ini diambilkan dari makanan pokok daerah setempat. Allah Ta’ala berfirman :



“Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu.” (Qs al-Maidah/5: 89)
Itulah jenis makanan yang bisa dijadikan sebagai zakat fithrah. Namun jika ada yang menunaikan zakat fithrahnya dengan makanan yang lebih bagus kuwalitasnya daripada yang biasa dia konsumsi, maka itu lebih utama. Allah Ta’ala berfirman :
 






“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu  sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs al-Baqarah/ 2:267)

 Jama’ah shalat Jum’at yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala
Atas dasar itu, Hendaklah kita menunaikannya sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tunaikanlah perintah ini sebagaimana mestinya agar menjadi amalan yang diterima dan bermanfaat bagi si pelaku. Dan semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang diterima amalannya.

3. Amalan lain yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala di penghujung bulan ini bertakbir, mengagungkan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:




 “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Qs al-Baqarah/ 2:185)

Takbir disyariatkan apabila telah terlihat hilal bulan syawal sampai pelaksanaan shalat ied. Takbir ini dilakukan di masjid-masjid, rumah-rumah dan jalan-jalan sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, guna menyebarkan syiar Islam dan mengagungkan Allah Ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya. Itulah beberapa amalan yang disyariatkan di akhir bulan yang mulia ini. 
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang bergegas melakukan amal kebaikan yang Allah Ta’ala syari’atkan kepada kita.










اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ   صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى:


                                                                                                                                         




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar